Aku, kamu, kita seperti secangkir kopi
susu yang belum sempat diminum. Entah bagaimana rasanya, mungkin manis dan nikmat
seperti wanginya, atau terlalu banyak kopi sehingga pahit di lidah, atau mungkin
asin karena salah menaruh garam, atau mungkin juga asam karena kopi dan susu
yang sudah basi.
Aku penasaran akan rasanya, senagkir
kopi susu yang aku buat dengan segenap hati tanpa pemanis buatan. Kopi, gula dan
susu yang aku tuang dalam secangkir harapan kemudian aku siram dengan air
matang dan ku aduk mesra. Tapi sayang, kopi susunya masih panas. Aku
meninggalkannya sebelum sempat meraih cangkirnya, lalu terpaksa pergi dengan 7
pertanyaan tentang rasa secangkir kopi susu di pagi itu.
Apakah
rasanya terlalu manis, seperti janji sepasang kekasih untuk
saling mencintai dan saling setia selamanya, mengaitkan jemari masing-masing
untuk saling melengkapi dan takan pernah terpisahkan.
Apakah
rasanya pahit, seperti kekecewaan hati seorang
kekasih yang dihianati lalu dicampakan dan dibuang begitu saja seperti sampah.
Apakah
rasanya hambar, seperti dua anak manusia yang tidak pernah
benar-benar saling mencintai dan membina suatu hubungan tanpa arah
dan tujuan.
Apakah
rasanya asin, seperti seseorang yang salah mengartikan
cinta dari perhatian orang lain, dan pada akhirnya harus kecewa dengan fakta sebenarnya.
Apakah
rasanya asam, Seperti sebuah kesalahan di masa lalu
yang terlanjur menjadi penyesalan seumur hidup dan tak mungkin bisa diperbaiki.
Apakah
rasanya cukup manis dan sedikit pahit, seperti apa yang aku harapkan
tentang aku, kamu, kita, yang apa adanya serta saling menerima kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
Apakah
rasanya pekat, terlalu manis dan terlalu pahit, seperti
sepasang kekasih yang terlalu berlebihan mencintai hingga mengalahkan rasa
cintanya kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar