Jumat, 02 November 2012

AKU, KAMU, KITA DAN SECANGKIR KOPI SUSU


         Aku, kamu, kita seperti secangkir kopi susu yang belum sempat diminum. Entah bagaimana rasanya, mungkin manis dan nikmat seperti wanginya, atau terlalu banyak kopi sehingga pahit di lidah, atau mungkin asin karena salah menaruh garam, atau mungkin juga asam karena kopi dan susu yang sudah basi.
       Aku penasaran akan rasanya, senagkir kopi susu yang aku buat dengan segenap hati tanpa pemanis buatan. Kopi, gula dan susu yang aku tuang dalam secangkir harapan kemudian aku siram dengan air matang dan ku aduk mesra. Tapi sayang, kopi susunya masih panas. Aku meninggalkannya sebelum sempat meraih cangkirnya, lalu terpaksa pergi dengan 7 pertanyaan tentang rasa secangkir kopi susu di pagi itu.
Apakah rasanya terlalu manis, seperti janji sepasang kekasih untuk saling mencintai dan saling setia selamanya, mengaitkan jemari masing-masing untuk saling melengkapi dan takan pernah terpisahkan.
Apakah rasanya pahit, seperti kekecewaan hati seorang kekasih yang dihianati lalu dicampakan dan dibuang begitu saja seperti sampah.
Apakah rasanya hambar, seperti dua anak manusia yang tidak pernah benar-benar saling mencintai dan membina suatu hubungan tanpa arah dan tujuan.
Apakah rasanya asin, seperti seseorang yang salah mengartikan cinta dari perhatian orang lain, dan pada akhirnya harus kecewa dengan fakta sebenarnya.
Apakah rasanya asam, Seperti sebuah kesalahan di masa lalu yang terlanjur menjadi penyesalan seumur hidup dan tak mungkin bisa diperbaiki.
Apakah rasanya cukup manis dan sedikit pahit, seperti apa yang aku harapkan tentang aku, kamu, kita, yang apa adanya serta saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Apakah rasanya pekat, terlalu manis dan terlalu pahit, seperti sepasang kekasih yang terlalu berlebihan mencintai hingga mengalahkan rasa cintanya kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar